Selasa, 26 Maret 2024 10:5:9 WIB
Setelah Penyerangan di Moskwa, Indonesia Waspadai Munculnya Teroris
Indonesia
Kompas/Endro
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto bersama Asops Kapolri Irjen Verdianto Iskandar saat konpers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (25/3/2024).(KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA A)
JAKARTA, Radio Bharata Online - Indonesia mewaspadai risiko munculnya jaringan teroris, setelah penyerangan berdarah dalam salah satu konser di Balai Kota Crocus, Moskwa, Rusia.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Hadi Tjahjanto, mengatakan, bahwa pemerintah telah melakukan deteksi dini jaringan teroris, termasuk terhadap Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang dikaitkan dengan penyerangan di Moskwa.
Saat konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, hari Senin, Hadi mengatakan, Kemenko Polhukam telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mencermati penyerangan di Moskwa.
Menurutnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Intelijen Negara (BIN), dan Densus 88 Antiteror terus memantau, baik pergerakan maupun aktivitasnya.
Dalam rapat Senin sore, BNPT melaporkan bahwa kemungkinan aksi terorisme di Indonesia masih tergolong rendah hingga sedang atau menengah.
Dalam kesempatan itu, Hadi Tjahyanto juga menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia mengutuk aksi penyerangan di Moskwa, yang telah mengakibatkan ratusan korban jiwa. Apapun alasannya, aksi teror merupakan tindakan yang sungguh tidak beradab karena mengorbankan pihak-pihak yang tidak berdosa.
Sementara itu Kepala BNPT, Komjen Pol Mohammed Rycko Amelza, mengatakan, bahwa risiko munculnya jaringan atau aksi terorisme bisa terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ia mengatakan, di media sosial, dalam platform media baik yang terbuka, tertutup, tersembunyi, yang pribadi, maupun kelompok, masih ditemukan narasi-narasi yang mendukung tindakan terorisme tersebut, seperti narasi yang melakukan penyebaran sharing, atau melakukan propaganda. (Kompas)
Komentar
Berita Lainnya
Inflasi September 2022 1,17 Persen, Tertinggi Sejak Desember 2014 Indonesia
Selasa, 4 Oktober 2022 14:34:54 WIB
HUT ke-77 TNI, Jokowi Beri Tanda Kehormatan Bagi Tiga Prajurit TNI Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:4:36 WIB
Naik-Turun Bus TransJakarta Wajib Tempel Kartu, Saldo Minimum Rp5.000 Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:12:43 WIB
BMKG Minta Warga Waspada Gelombang 2,5 Meter di Empat Wilayah Laut NTT Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:33:18 WIB
Presiden Ingatkan TNI untuk Selalu Siap Hadapi Tantangan Geopolitik Global Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 14:31:19 WIB
Mesir Gelar Kegiatan Interaktif Belajar Bahasa Mandarin Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 15:20:17 WIB
Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB
Pertemuan P20 di Buka Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB
Seluruh Biaya Perawatan Korban Kanjuruhan DItanggung Pemkab Malang Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:48:18 WIB
Direktur PT Liga Indonesia Baru Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 10:59:49 WIB
Kronologi Tragedi Kanjuruhan, 11 Tembakan Gas Air Mata Dilepaskan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 11:9:42 WIB
Jokowi Minta Dewan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Kelola Dana dengan Hati-Hati Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 14:43:21 WIB
Sekjen PBB Prihatin Atas Insiden Penembakan di Thailand Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 15:55:21 WIB
Kirab Kebangsaan Merah Putih di Kota Pekalongan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 16:3:8 WIB
Mahfud Md Tidak Mempermasalahkan Media Asing Investigasi Tragedi Kanjuruhan Indonesia
Sabtu, 8 Oktober 2022 8:53:51 WIB