Kamis, 24 September 2020 7:19:21 WIB

“Desa Bali” Di Hainan, Jembatan Persahabatan Tiongkok-Indonesia
Indonesia

CRI Online

banner

Gapura di "Desa Bali\" Hainan

Belum lama yang lalu wartawan China Media Group mendatangi Perkebunan Perantau Tionghoa Xinglong di kota Wanning, Provinsi Hainan, atau tepatnya sebuah obyek wisata yang dijuluki “Desa Bali”. Sarat dengan nuansa budaya Indonesia, Desa Bali kini sudah semakin terkenal sebagai “jembatan persahabatan” Tiongkok-Indonesia.

Sejak tahun 1950-an, sebanyak 2000 perantau Tionghoa  pulang ke tanah air dengan bertolak dari 21 negara termasuk dari Indonesia, Malaysia dan Vietnam. Mereka ditampung dan direlokasi di kota Xinglong, Provinsi Hainan dan mendirikan Perkebunan Perantau Tionghoa Xinglong, yang penuh dengan nuansa eksotis dan budaya perantau Tionghoa, terutama kebudayaan yang dibawa pulang oleh para perantau Tionghoa dari Indonesia. Obyek wisata Desa Bali diresmikan pada 2018 dengan penanaman modal patungan yang dilakukan oleh Hainan Nanguo Group, Hainan United Airlines Travel Group dan Global Internasional Group (Indonesia). Pembukaan Desa Bali ini mendorong kerja sama pragmatis Tiongkok dan Indonesia di bidang sosial budaya.

Obyek wisata Desa Bali menempati areal seluas 14 hektar dan terdiri atas enam zona fungsional, yakni Koridor Budaya Perantau, Kampung Halaman Perantau, Zona Botani, Galeri Karya Ukiran Akar Kayu, Panggung Taiyanghe dan Gedung Jajal Nanguo.

“Desa Bali” Hainan, Jembatan Persahabatan Tiongkok-Indonesia_fororder___172.100.100.3_temp_9500049_1_9500049_1_1_0900918b-f944-44f1-9453-6b1ef9c2a90c\

Di pintu masuk taman Desa Bali terlihat sebuah batu berukuran besar dengan tulisan Desa Bali. Begitu masuk pengunjung akan disambut dengan gapura besar yang identik dengan gapura yang ada di pulau Bali  yang sarat dengan kearifan tradisional Indonesia.

Setelah masuk dari gapura, penunjung seolah berada di pulau Bali. Nuansa eksotis sangat terasa di berbagai sudut Desa Bali,  dengan aneka bangunan, ukiran dan mural khas agama Hindu Bali. Para tamu dan turis disambut hangat oleh petugas atau pemandu dengan pakaian tradisional khas Bali.

Di Koridor Kebudayaan Perantau Tionghoa, wartawan menjumpai Pak Du Tianjiang yang pulang dari Indonesia. Pak Du yang berusia 81 tahun berujar kepada wartawan bahwa dari foto-foto dan literatur yang dipamerkan di koridor ini, dapat diketahui kronologi transmigrasi para perantau Tionghoa kembali ke Tiongkok dari Asia Tenggara dan kisah sejati yang terjadi dalam proses pembangunan Perkebunan Perantau Xinglong selama 60 tahun silam.

Du Tianjiang dilahirkan di Indonesia pada 1939. Beliau kembali ke tanah air pada 1960 ketika ia baru berusia 21 tahun. Ia telah hidup di Xinglong selama 60 tahun. Setelah pensiun beliau menjabat sebagai Ketua Asosiasi Perantau Tionghoa Indonesia dan penasihat Desa Bali. Ia sering kali mendampingi kunjungan delegasi-delegasi Indonesia. Ia masih bekerja di program kerja sama dengan Akademi Bahasa Asing Hainan dan memberikan sumbangan bagi pertukaran kebudayaan antar masyarakat Tiongkok dan Indonesia. Akademi Bahasa Asing Hainan telah menjalin hubungan kerja sama dengan Desa Bali yang berperan sebagai “basis praktek pelatihan bahasa Indonesia”, atau tepatnya berperan sebagai platform bagi anak PKL.

图片默认标题_fororder___172.100.100.3_temp_9500049_1_9500049_1_1_52c089c4-f35b-405e-b3df-44eff7cd418f\

Kepala Desa Bali, Chen Shaohai memperkenalkan bahwa semua karya ukiran kayu, patung batu dan patung bas-relief di desanya adalah hasil jerih payah para perajin Indonesia yang dipekerjakannya. Hal ini dilakukan justru untuk menonjolkan budaya Indonesia yang asli kepada para turis. Selain itu, pihaknya juga mengundang mahasiswa akademi seni rupa Indonesia untuk memajang dan mendekorasi Desa Bali melalui karya lukisan dinding yang unik. Guru tari dan dendang beserta guru bahasa Indonesia juga diundang ke Desa Bali untuk memberikan kursus tari dan bahasa Indonesia yang diikuti oleh anak-anak para perantau Tionghoa.

图片默认标题_fororder___172.100.100.3_temp_9500049_1_9500049_1_1_ca38a84f-0a0a-4af9-9683-207eab12f214\

Di panggung Taiyanghe di Desa Bali, para perantau dan anak-anak mereka bernyanyi dan menari dengan menggunakan pakaian tradisional Bali. Para turis juga diundang ikut serta untuk menari bersama  mereka. Selain itu, para turis juga dimanjakan dengan berbagai makanan dan kudapan kuliner khas Indonesia. Pak Chen mengatakan, sebelum pandemi COVID-19, setiap bulan sekitar 3000 hingga 6000 wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Desa Bali. “Mereka tertarik ke Desa Bali karena di sini mereka seolah  seperti berada di rumah sendiriSumber CRI Online. Kami juga berharap obyek wisata ini dapat meningkatkan persahabatan antara Tiongkok dan Indonesia.”

图片默认标题_fororder___172.100.100.3_temp_9500049_1_9500049_1_1_621cf108-150f-4587-a0b1-d9948b929a6d\

 

Komentar

Berita Lainnya

Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

banner
Pertemuan P20 di Buka Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

banner