Senin, 18 Maret 2024 17:41:28 WIB

Bencana memiliki pola yang jelas, masyarakat harus punya mental kebencanaan
Indonesia

Endro

banner

Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso. (Foto: LDII)

JAKARTA, Radio Bharata Online - Bencana banjir di sejumlah wilayah mengundang keprihatinan berbagai pihak. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII), KH Chriswanto Santoso mengimbau mental kebencanaan, termasuk sadar lingkungan harus ditingkatkan.

Dalam keterangannya yang dikutip hari Senin, Chriswanto mengatakan, bencana hidrometeorologi ini selalu berulang, seperti tanah longsor dan banjir yang membayangi masyarakat.  Menurutnya, pengulangan inilah yang harus jadi perhatian semua pihak, agar bisa diantisipasi.  Itu sebabnya mental kebencanaan harus terus ditumbuhkan, baik di pihak berwenang, terutama kepala daerah dan masyarakat.

Menurutnya, bencana tidak memilih waktu, namun memiliki pola yang jelas. Ramadan tahun ini, saat umat Islam harus menahan diri dengan menahan lapar-dahaga, juga harus dihadapkan pada bencana hidrometeorologi.

Menurutnya ini adalah ujian yang luar biasa, namun pasti ada hikmah di baliknya. Alam bisa memberi kehidupan dan penghidupan, jadi jangan kita abai pada lingkungan.

Ia mengatakan, selain penanganan saat bencana atau musibah, hal yang juga penting adalah langkah mitigasi yang harus dilakukan kepala daerah, dengan membuat aturan yang jelas dan mengevaluasinya.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh akademisi Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Atus Syahbudin, bahwa hutan yang terjaga, merupakan wilayah penahan air dan banjir. Atus menilai, pemicu bencana hidrometeorologi adalah aktivitas dan jumlah manusia yang terus meningkat, serta abainya upaya pelestarian lingkungan hidup.

Akibatnya, menurut Atus yang juga Ketua DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), luasan hutan di Indonesia semakin berkurang. Sementara itu laju pembangunan dan pengusahaan sumber daya mineral terus meningkat, sehingga, cenderung merusak ekosistem, dan membuat alam semakin rentan. Melihat fenomena tersebut, maka langkah mitigasi bencana mutlak perlu dilakukan.

Menurut Atus, mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana. Baik melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. (KBRN)

Komentar

Berita Lainnya

Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

banner
Pertemuan P20 di Buka Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

banner