Kanada, Radio Bharata Online - Drama masa perang "Dead To Rights", sebuah penggambaran sinematik yang memilukan tentang Pembantaian Nanjing selama invasi Jepang ke Tiongkok, telah menyentuh hati penonton global, memicu diskusi luas tentang tragedi bersejarah tersebut.

He Yunlinghao, seorang ekspatriat Tiongkok di Kanada yang kakeknya menyaksikan Pembantaian Nanjing, sangat tersentuh setelah menonton film tersebut baru-baru ini.

Pria berusia 32 tahun ini berasal dari sebuah keluarga di Nanjing dan telah tinggal di Kanada sejak 2011. Selama bertahun-tahun, ia telah mengumpulkan materi dan foto-foto bersejarah untuk menceritakan sejarah Pembantaian Nanjing kepada masyarakat setempat. Ia telah menyumbangkan ratusan foto yang dikumpulkan oleh kakeknya selama Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok terhadap Agresi Jepang (1931-1945) ke sebuah museum Tiongkok.

Setelah menonton "Dead To Rights", He Yunlinghao sangat tersentuh, menganggapnya sebagai karya sinematik yang tak ternilai yang secara jujur menggambarkan babak sejarah yang tragis itu.

"Tiongkok telah memproduksi banyak drama sejarah, namun film yang mengangkat Pembantaian Nanjing dan peristiwa sejarah terkait lainnya masih langka. Memiliki film yang berfokus pada tema ini memberikan kesempatan untuk menyoroti masa lalu ini - bab sejarah yang brutal - kepada dunia melalui sinema. Hal ini mirip dengan bagaimana "Schindler's List" menggambarkan penderitaan orang Yahudi di kamp konsentrasi," kata He.

Marcus Detrez, seorang warga negara Prancis, merasa terguncang dan terharu setelah menonton "Dead To Rights" Kamis (7/8) lalu.

Ia baru saja menyumbangkan 618 foto sejarah yang dikumpulkan oleh kakeknya, Roger-Pierre Laurens. Banyak foto, yang diambil antara tahun 1930-an dan 1950-an, mendokumentasikan Pertempuran Songhu pada tahun 1937.

"Keluarga saya tahu tentang foto-foto ini. Mereka tidak pernah punya kesempatan untuk membicarakannya, mereka juga tidak punya keberanian untuk melakukannya. Kemudian pada tahun 2021, saya menemukan foto-foto itu dan saya tidak punya keberanian untuk langsung menunjukkannya," kata Detrez.

Senin (11/8) malam lalu, Detrez menyerahkan foto-foto ini dalam sebuah upacara yang diadakan di Kedutaan Besar Tiongkok di Prancis. Balai Peringatan Songhu Shanghai untuk Perang Perlawanan Melawan Agresi Jepang telah memasukkan foto-foto bersejarah itu ke dalam koleksi permanennya.