Beijing, Radio Bharata Online - Menurut seorang ilmuwan Tiongkok, negara itu meyakini hak asasi manusia yang paling utama adalah kemampuan warganya untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan memuaskan.
Xiao Wu, pakar Tibet dari Southwest University of Political Science and Law, berbagi wawasannya tentang perkembangan hak asasi manusia di Tibet dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di Beijing pada hari Selasa (29/7). Para diplomat dari sekitar 10 negara, termasuk Inggris, Jerman, Jepang, dan Belanda, menghadiri acara tersebut.
Tahun ini menandai peringatan 60 tahun berdirinya Daerah Otonomi Tibet. Profesor tersebut menyoroti kemajuan penting dalam hak asasi manusia di sana dalam enam dekade terakhir, termasuk mengangkat lebih dari 600.000 orang keluar dari kemiskinan ekstrem, menyediakan 15 tahun pendidikan gratis, dan meningkatkan harapan hidup dari 35 menjadi 72 tahun.
"Tiongkok telah lama menekankan pembangunan yang komprehensif dan terkoordinasi untuk semua hak. Ini seperti kita harus berjalan dengan kedua kaki, bukan hanya satu kaki. Kita harus mendorong pembangunan yang terkoordinasi untuk hak-hak sipil dan politik, di samping hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Pembangunan yang komprehensif dan terkoordinasi berarti melindungi hak-hak demokrasi dan penghidupan rakyat. Ketika kita berbicara tentang hak asasi manusia, kita seharusnya tidak hanya merujuk pada hak-hak sipil dan politik, atau hak-hak demokrasi, sambil mengabaikan hak-hak ekonomi dan sosial," jelas Xiao.