Jumat, 26 April 2024 1:24:45 WIB

ASEAN Media Partners "China Up Close" H3: Desa Binglanggu
Tiongkok

Andy Qiu

banner

Kearifan lokal Desa Binglanggu di Lingshui, Hainan

Lingshui, Radio Bharata Online - Melanjutkan kegiatan Tur Hainan Rekan Media ASEAN "Melihat Tiongkok dari Dekat"  (ASEAN Media Partners "China Up Close" Hainan Tour) yang diselenggarakan oleh China Media Group (CMG) di hari ke-3, Bharata Online bersama rombongan wartawan Tiongkok dan asing yang terdiri dari 50 orang lebih, termasuk 11 media dari 9 negara ASEAN mengunjungi Desa Binglanggu (Desa Pinang) di Lingshui, Hainan.

Mengunjungi desa Binglanggu rasanya seperti memasuki sebuah tempat yang damai dan masih murni di masa lalu. Semua itu ditampilkan dengan sangat baik dan dikemas dengan sangat alami. Pengunjung bebas berinteraksi dengan penduduk lokal dan ikut belajar membuat kerajinan tangan. Sangat cocok bagi kita yang ingin sejenak melupakan keramaian kota dan melepaskan diri dari rutinitas pekerjaan.

Kita bisa melihat rumah-rumah tradisional yang tebuat dari tanah liat dan beratap jerami. Perempuan-perempuan tua dengan tato di wajah yang sedang menyulam dan membuat kramik. Tato di wajah bagi wanita suku Li adalah tradisi. Dahulu, anak perempuan anita yang genap berusia 12 tahun, wajahnya akan ditato permanen dengan motif yang memiliki makna tertentu. Saat ini, hanya tersisa 5 orang di desa Binglanggu yang memiliki tato wajah. Salah satunya bahkan berusia 105 tahun.

Rumah tradisional suku Li

(Rumah tradisional suku Li)

Ada pula para pria yang membuat pakaian dari kulit pohon, perempuan muda yang sedang belajar menenun kain dan membuat keranjang tembikar dan keramik dari ibu atau nenek mereka, dan rumah arak yang masih mempertahankan cita rasa asli warisan nenek moyang.

Di desa Binglanggu terdapat sebuah panggung pertunjukan besar yang menampilkan pertunjukan yang menceritakan sejarah 3000 tahun kehidupan suku Li dan Miao di Hainan. Berbagai kearifan lokal juga dikemas dalam bentuk seni tari dan atraksi yang menarik seperti atraksi obor api, tarian bambu, dan bahkan melibatkan hewan ternak mereka.

Di akhir pertunjukan, perwakilan generasi muda di Binglanggu berdeklarasi akan gigih mempelajari tradisi dan warisan budaya dari nenek moyang mereka. Warisan budaya nenek moyang akan selalu ada karena ada mereka. Adegan ini menjadi adegan yang paling mengharukan sepanjang pertunjukan yang membuat banyak penonton meneteskan air mata.

Desa Binglanggu di Hainan adalah contoh inspiratif bagaimana desa yang dulunya terbelakang dapat berubah menjadi pusat pariwisata yang sukses, sekaligus membantu mengentaskan kemiskinan dan melestarikan budaya. Dengan kepedulian pemerintah yang tinggi dan partisipasi aktif masyarakat, desa ini telah menunjukkan bahwa keluar dari kemiskinan adalah mungkin, bahkan di daerah yang paling terisolasi sekalipun. Keberhasilan ini menunjukkan komitmen Tiongkok untuk mengentaskan kemiskinan dan mendorong pembangunan berkelanjutan di seluruh wilayahnya.

Komentar

Berita Lainnya