Jumat, 8 Agustus 2025 15:11:38 WIB

Film Epik Perang Tiongkok "Dead to Rights" Ungkap Kengerian Perang, dan Raih Sambutan Positif dari Penonton AS
Sosial Budaya

Eko Satrio Wibowo

banner

William Jones, seorang profesional media senior AS (CMG)

Washington D.C., Radio Bharata Online - Film era perang Tiongkok "Dead to Rights" telah memikat penonton AS dengan penggambarannya yang menyentuh tentang pengorbanan, sejarah, dan nilai abadi perdamaian.

Penayangan perdana film ini di Amerika Utara, yang diangkat dari peristiwa mengerikan Pembantaian Nanjing selama invasi Jepang ke Tiongkok, digelar di sebuah bioskop di Washington, dengan lebih dari 200 tamu dari berbagai sektor menghadiri acara tersebut.

Tahun ini menandai peringatan 80 tahun kemenangan Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia. Pada 3 September, Tiongkok akan mengadakan parade militer akbar untuk memperingati tonggak sejarah itu. Dengan latar belakang tersebut, "Dead to Rights" membawa penonton kembali ke salah satu babak tergelap dan paling terlupakan dalam Perang Dunia II -- Pembantaian Nanjing.

Film ini berpusat pada sekelompok warga sipil Tiongkok yang berlindung di sebuah studio fotografi selama pendudukan brutal agresor Jepang di Nanjing.

Dalam upaya putus asa untuk bertahan hidup, mereka terpaksa membantu seorang fotografer militer Jepang dalam proses pencetakan film -- hanya untuk menemukan bahwa negatif film tersebut berisi bukti kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Jepang di seluruh kota. Mereka diam-diam menyimpan negatif film tersebut dan mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengirimkannya ke dunia luar, berharap kebenaran akan terungkap.

Setelah menonton film tersebut, William Jones, seorang profesional media senior AS yang merupakan mantan koresponden Gedung Putih untuk Executive Intelligence Review, mengungkapkan bahwa ia sangat tersentuh oleh pengorbanan besar yang dilakukan oleh rakyat Tiongkok selama Perang Perlawanan melawan Agresi Jepang.

Menurutnya, pengorbanan signifikan yang dilakukan oleh militer dan warga sipil Tiongkok dalam perang tersebut membuat tatanan perdamaian yang dibangun setelah Perang Dunia II terasa semakin berharga.

"Saya pikir penting untuk melihat jenis kebrutalan ini, jadi saya pikir ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang di mana kita harus berada dan di mana kita tidak berada saat ini. Dan saya pikir penting untuk menyebarkannya seluas mungkin di sini, di Amerika Serikat," kata Jones.

Duta Besar Tiongkok untuk Amerika Serikat, Xie Feng, menghadiri pemutaran perdana itu atas undangan. Dalam pidatonya di acara tersebut, ia mengatakan bahwa film ini melampaui waktu untuk menerangi babak-babak tergelap dalam sejarah sekaligus mengungkap ketangguhan umat manusia yang paling cemerlang.

Menurutnya, film ini mengingatkan orang-orang akan kebrutalan perang, betapa berharganya perdamaian, dan kewajiban manusia untuk belajar dari sejarah sambil menempa masa depan.

Film "Dead to Rights" akan resmi dirilis di bioskop-bioskop besar di berbagai kota di AS pada 15 Agustus 2025.

Pembantaian Nanjing terjadi ketika pasukan Jepang merebut ibu kota Tiongkok saat itu pada 13 Desember 1937. Selama enam minggu, mereka membunuh sekitar 300.000 warga sipil dan tentara tak bersenjata Tiongkok dalam salah satu episode paling biadab dalam Perang Dunia II.

Komentar

Berita Lainnya

Dengan sejarah lebih dari 2 Sosial Budaya

Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB

banner
roduksi kapas di Xinjiang mencapai 5 Sosial Budaya

Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB

banner
Alunan biola Sosial Budaya

Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB

banner
Meliputi area seluas 180 Sosial Budaya

Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB

banner
Dalam edisi keempatnya Sosial Budaya

Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB

banner