Wina, Radio Bharata Online - Menteri Luar Negeri Tiongkok yang sedang berkunjung, Wang Yi, mengadakan pembicaraan dengan mitranya dari Austria, Beate Meinl-Reisinger, di Wina, Austria, pada hari Jumat (12/9). Kedua belah pihak berjanji untuk membawa hubungan bilateral ke tahap yang baru.
Wang, yang juga anggota Biro Politik Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, mengatakan Austria adalah negara dengan tradisi Eropa, dan stabilitas jangka panjang hubungan Tiongkok-Austria melayani kepentingan kedua belah pihak dan sejalan dengan tren sejarah.
Pekan lalu, Tiongkok dengan khidmat memperingati 80 tahun kemenangan dalam Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia, kata Wang, seraya menambahkan bahwa Tiongkok menerima orang-orang Yahudi dari Austria, membuka "pintu kehidupan" yang berharga bagi mereka, dan juga menerima dukungan berharga dari teman-teman Austria selama tahun-tahun sulit dalam Perang Dunia II.
Menjelang peringatan 55 tahun hubungan diplomatik Tiongkok dan Austria, Wang mengatakan bahwa kemitraan strategis Tiongkok-Austria yang bersahabat merupakan posisi paling akurat dari hubungan bilateral dan juga merupakan cerminan nyata bagaimana hubungan Tiongkok-Austria telah bertahan menghadapi tantangan lanskap internasional yang terus berubah.
Tiongkok sangat mementingkan hubungan Tiongkok-Austria, menghargai kesinambungan kebijakan Tiongkok dari pemerintahan Austria yang baru, berharap Austria akan bekerja sama dengan Tiongkok dalam semangat saling menghormati, komunikasi yang erat, mencari titik temu dengan tetap menjunjung tinggi perbedaan, dan kerja sama yang saling menguntungkan, serta memanfaatkan peluang dari pasar Tiongkok yang luas dan transformasi industri hijau, yang memajukan hubungan bilateral ke tahap baru dengan kualitas yang lebih tinggi, ujar Wang.
Wang juga menguraikan posisi berprinsip Tiongkok terhadap Taiwan, menekankan bahwa pemulihan Taiwan ke Tiongkok merupakan bagian penting dari hasil kemenangan dalam Perang Dunia II dan tatanan internasional pascaperang.
Ia berharap Austria akan setia menjunjung tinggi prinsip satu Tiongkok dan menghindari interaksi resmi apa pun dengan kawasan Taiwan demi menjaga fondasi politik hubungan Tiongkok-Austria.
Mengenai tata kelola global, Wang mengatakan praktik hegemoni unilateral saat ini merajalela dan tata kelola global tidak dapat mengimbangi realitas yang terus berubah, sehingga reformasi dan perbaikan menjadi keharusan.
Inisiatif Tata Kelola Global yang diusulkan oleh Presiden Tiongkok, Xi Jinping, secara sistematis menguraikan lima prinsip utama: kesetaraan kedaulatan, supremasi hukum internasional, multilateralisme, pendekatan yang berpusat pada rakyat, dan mengambil tindakan nyata, ujar Wang, seraya menambahkan bahwa konsep-konsep ini memenuhi kebutuhan mendesak komunitas internasional, dan sejalan dengan tujuan Piagam PBB.
Tiongkok bersedia bekerja sama dengan semua negara, termasuk Austria, untuk bersama-sama menjaga sistem internasional dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai intinya dan tatanan internasional yang didasari oleh hukum internasional, serta mendorong pembangunan sistem tata kelola global yang lebih adil dan setara, ujar Wang.
Mempertahankan hubungan Tiongkok-Uni Eropa yang sehat dan stabil merupakan kepentingan kedua belah pihak dan rakyat mereka, dan masalah yang dihadapi Eropa saat ini tidak berasal dari Tiongkok, tegas Wang. Ia menggarisbawahi bahwa Tiongkok mendukung Eropa dalam mengupayakan otonomi strategis sejati, tetapi menentang gagasan keliru yang merugikan kepentingan Tiongkok dengan imbalan kesepakatan.
Tiongkok berharap Austria akan memainkan peran konstruktif dalam mendorong Eropa untuk menerapkan kebijakan rasional dan pragmatis terhadap Tiongkok, ujar Wang.
Meinl-Reisinger mengatakan Austria sangat mementingkan hubungannya dengan Tiongkok dan dengan teguh berpegang pada kebijakan Satu Tiongkok.
Menurutnya, sejak menjalin kemitraan strategis yang bersahabat, Austria dan Tiongkok telah memelihara kerja sama yang baik, baik di bidang bilateral maupun multilateral, dengan kepentingan bersama yang terus berkembang. Austria berharap dapat memperkuat pertukaran di semua tingkatan dengan Tiongkok, meningkatkan hubungan antarmasyarakat, dan memperdalam kerja sama praktis dalam ekonomi hijau dan bidang lainnya.
Ia juga menyampaikan rasa terima kasih atas bantuan Tiongkok kepada kaum Yahudi Austria selama Perang Dunia II, dan mengatakan bahwa kedua belah pihak harus bersama-sama mengenang sejarah berharga itu.
Proyek kerja sama panda Austria-Tiongkok telah menjadi simbol persahabatan terbaru, dan Austria menyambut lebih banyak wisatawan Tiongkok untuk berkunjung, ujarnya.
Austria menyambut baik Inisiatif Tata Kelola Global, mendukung perdagangan bebas yang terbuka, berbasis hukum, dan setara, serta menentang dominasi "hukum rimba," ujarnya, seraya menambahkan bahwa negara tersebut menjunjung tinggi otoritas Perserikatan Bangsa-Bangsa dan multilateralisme.
Meinl-Reisinger juga mencatat kesediaan Austria untuk secara aktif mempromosikan dialog konstruktif antara Eropa dan Tiongkok serta memfasilitasi perkembangan hubungan yang sehat antara kedua belah pihak.
Dalam pembicaraan mereka, kedua menteri juga bertukar pandangan tentang isu-isu yang menjadi perhatian bersama, termasuk Ukraina, Timur Tengah, dan perubahan iklim.