Beijing, Bharata Online - Keahlian teknologi Tiongkok dalam pengembangan pertanian menjadi model yang baik bagi negara-negara berkembang lainnya di seluruh dunia, ujar Gerardine Mukeshimana, Wakil Presiden Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian atau International Fund for Agricultural Development (IFAD), pada hari Kamis (16/10).

Dalam wawancara dengan China Global Television Network setelah partisipasinya dalam Konferensi Inovasi Pertanian dan Pangan Dunia di Beijing pada hari Senin (13/10), Mukeshimana mengatakan IFAD membantu berbagi model-model Tiongkok yang sukses dalam pengentasan kemiskinan dan revitalisasi pedesaan dengan negara-negara lain.

"Pengalaman Tiongkok merupakan model yang sangat baik bagi negara-negara berkembang lainnya, karena pada pertengahan tahun 1970-an, Tiongkok juga menghadapi masalah kemiskinan, tetapi dengan sangat cepat berhasil menghapus kemiskinan ekstrem. Dan IFAD bekerja sama dengan Tiongkok. Tiongkok juga merupakan negara anggota IFAD dan sejauh ini berkontribusi pada IFAD. Bagian lain dari kerja sama ini adalah melalui Kerja Sama Selatan-Selatan dan Segitiga (SSTC). Tiongkok dan IFAD, kami memiliki fasilitas yang membantu mentransfer teknologi yang telah terbukti berhasil di Tiongkok ke negara-negara lain," ujarnya.

"Melalui kerja sama di bawah fasilitas SSTC antara universitas-universitas Kenya dan Tiongkok, mereka telah berhasil memperkenalkan teknik-teknik pengendalian hama baru, mengembangkan teknologi okulasi, dan mengembangkan jenis pencahayaan baru yang telah membantu mengurangi insiden penyakit, meningkatkan hasil panen tomat, dan juga meningkatkan pendapatan petani. Dan yang terpenting, kerja sama ini telah berkontribusi dalam memberdayakan kaum muda," imbuh Mukeshimana.

Menyadari hambatan yang dihadapi perempuan dalam hal sumber daya dan norma sosial, Mukeshimana percaya bahwa pemberdayaan perempuan di bidang pertanian melalui pendanaan dan teknologi sangatlah penting.

"Perempuan merupakan 43 persen dari populasi pertanian, tetapi mereka hanya memiliki akses ke 13 persen lahan. Kami memberikan dukungan dalam sistem penguasaan lahan. Kami memastikan mereka memiliki suara. Mereka memegang posisi kepemimpinan di masyarakat pedesaan. Kami memastikan mereka dilatih agar memiliki keterampilan untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Kami juga mendukung mereka untuk mengakses teknologi digital yang tersedia bagi masyarakat, dan yang lebih penting, menggunakan perangkat digital baru ini agar mereka dapat memfasilitasi akses ke keuangan," jelasnya.