Jumat, 15 Agustus 2025 14:56:30 WIB
Kepala Biara Jepang Sumbangkan Dokumen Pembantaian Nanjing ke Tiongkok
International
Eko Satrio Wibowo

Daito Satoshi, Kepala Biara Kuil Enkoji di Jepang (CMG)
Jepang, Radio Bharata Online - Daito Satoshi, Kepala Biara Kuil Enkoji di Jepang, telah mengumpulkan dan menyumbangkan materi sejarah Pembantaian Nanjing selama hampir dua dekade. Ia menyatakan bahwa catatan sejarah sangat penting untuk mengungkap kebenaran dan merupakan langkah pertama menuju perdamaian.
Daito lahir di Prefektur Aichi pada tahun 1965 dan lulus dari Departemen Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Nara.
Baru-baru ini, ia berencana untuk menyumbangkan materi sejarah yang ia kumpulkan dari seluruh Jepang ke Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Penjajah Jepang.
Alasan misinya dapat ditelusuri kembali ke kelas sejarah yang ia ikuti semasa SMA.
"Guru SMA saya bercerita tentang 'kuburan massal' yang dilakukan oleh tentara Jepang di Tiongkok sejak Perang Dunia II. Setelah mengetahui hal ini, saya bertanya-tanya—mungkinkah hal seperti itu nyata? Pertanyaan itu menghantui saya. Karena saya menyukai sejarah, saya mulai menyelidikinya," kata Daito.
Setelah mempelajari lebih lanjut sejarah perang agresi yang dilancarkan oleh militeris Jepang, Daito memutuskan untuk mengunjungi Tiongkok.
Pada tahun 1985, ia pergi ke timur laut Tiongkok untuk melakukan investigasi selama satu bulan pada usia 20 tahun. Selama investigasi tersebut, ia dikejutkan oleh kejahatan pasukan Jepang dan cerita-cerita menyesatkan yang telah ia dengar.
"Pada tahun 1985, saya tinggal di Tiongkok timur laut selama sebulan. Saya tidak bisa berbahasa Mandarin, tetapi saya melihat 'kuburan massal' dan mengunjungi Aula Pameran Bukti Kejahatan Unit 731 Angkatan Darat Jepang. Puluhan tahun kemudian, menyaksikan tumpukan kerangka secara langsung jauh lebih membekas daripada yang pernah saya rasakan," ujar Daito.
Setelah itu, Daito sering bepergian ke Tiongkok untuk inisiatif perdamaian. Pada tahun 2005, ia mulai mengumpulkan bukti-bukti Pembantaian Nanjing untuk aula peringatan. Dua puluh tahun kemudian, ia mengenang rasa malu dan marah yang ia rasakan saat menemukan materi-materi bersejarah ini.
"Salah satu buktinya adalah album pribadi seorang pilot Jepang yang berisi foto-foto jenazah tentara Tiongkok di Nanjing. Seperti yang saya katakan, melihat foto-foto ini sungguh menyakitkan. Lebih dari 10 foto seperti itu kini disimpan di Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Penjajah Jepang. Foto-foto ini tidak boleh dilupakan," ungkap Daito.
Selama lebih dari 20 tahun, Daito telah menyumbangkan lebih dari 4.600 materi bersejarah ke Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Penjajah Jepang.
"Materi-materi ini perlu disimpan selamanya. Kenangan Pembantaian Nanjing bukan hanya milik Tiongkok dan Jepang, tetapi milik dunia, demi masa depan kita," ujar Daito.
Pembantaian Nanjing terjadi ketika pasukan Jepang merebut kota itu pada 13 Desember 1937. Dalam enam minggu, mereka membunuh lebih dari 300.000 warga sipil dan tentara tak bersenjata Tiongkok dalam salah satu episode paling biadab dalam Perang Dunia II.
Komentar
Berita Lainnya
Peng Liyuan menyerukan upaya global untuk mendorong pendidikan bagi anak perempuan dan perempuan ke arah yang lebih adil lebih inklusif dan lebih berkualitas dan kontribusi untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan global dan membangun komunitas dengan masa depan bersama untuk manusia International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB

Presiden RI Joko Widodo memuji gaya kepemimpinan Presiden Tiongkok International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB

Forum Pangan Dunia ke-2 yang dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

Giorgia Meloni International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB

Sebuah insiden kebakaran terjadi di Gunung Kilimanjaro di Tanzania International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB

Serangan udara oleh militer Myanmar menewaskan lebih dari 60 orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB
