Jumat, 8 Agustus 2025 16:52:6 WIB

Duta Besar Tiongkok Hadiri Pemutaran Perdana Film Pembantaian Nanjing "Dead to Rights" di Amerika Utara
Sosial Budaya

Eko Satrio Wibowo

banner

Xie Feng, Duta Besar Tiongkok untuk AS (CMG)

Washington D.C., Radio Bharata Online - Duta Besar Tiongkok untuk Amerika Serikat, Xie Feng, menyerukan kerja sama yang lebih erat dalam menjaga perdamaian global di era baru pada pemutaran perdana film Tiongkok "Dead to Rights" yang menuai banyak pujian di Amerika Utara, tepatnya di Washington, D.C., pada Rabu (6/8) lalu.

"Dead to Rights", yang diangkat dari peristiwa mengerikan Pembantaian Nanjing selama invasi Jepang ke Tiongkok, digelar di sebuah bioskop di ibu kota AS, dengan lebih dari 200 tamu dari berbagai sektor menghadiri acara tersebut.

Tahun ini menandai peringatan 80 tahun kemenangan Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia. Pada 3 September, Tiongkok akan mengadakan parade militer akbar untuk memperingati tonggak sejarah tersebut. Dengan latar belakang itu, "Dead to Rights" membawa penonton kembali ke salah satu babak tergelap dan paling terlupakan dalam Perang Dunia II -- Pembantaian Nanjing.

Film ini berpusat pada sekelompok warga sipil Tiongkok yang berlindung di sebuah studio fotografi selama pendudukan brutal agresor Jepang di Nanjing pada bulan Desember 1937.

Dalam upaya putus asa untuk bertahan hidup, mereka terpaksa membantu seorang fotografer militer Jepang dalam proses pencetakan film, hanya untuk menemukan bahwa negatif film tersebut berisi bukti kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Jepang di seluruh kota. Mereka diam-diam menyimpan negatif tersebut dan mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengirimkannya ke dunia luar, berharap kebenaran akan terungkap.

Dalam sambutannya di pemutaran perdana, Xie menyoroti sambutan kritis dan kesuksesan box office film tersebut di Tiongkok, memuji keaslian sejarahnya yang kuat dan penggambaran artistik yang mendalam tentang kemanusiaan di masa perang.

Ia mengatakan bahwa film ini melampaui waktu untuk menerangi bab-bab tergelap dalam sejarah sekaligus mengungkapkan ketangguhan umat manusia yang paling cemerlang. Menurutnya, film itu mengingatkan orang-orang akan kebrutalan perang, betapa berharganya perdamaian, dan kewajiban manusia untuk belajar dari sejarah sambil menempa masa depan.

"Selama Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok Melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia, rakyat Tiongkok dan Amerika bersatu sebagai sekutu, berjuang berdampingan, dan meninggalkan warisan bersejarah berupa upaya bersama menjaga perdamaian dan keadilan manusia. Di era damai ini, Tiongkok dan Amerika Serikat hanya berbagi tanggung jawab untuk menjaga perdamaian, tanpa alasan untuk konfrontasi. Kedua negara harus bekerja sama untuk menciptakan cara berinteraksi yang tepat di era baru yang menjunjung tinggi rasa saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan," ujar Xie.

Film "Dead to Rights" akan resmi dirilis di bioskop-bioskop besar di berbagai kota di AS pada 15 Agustus 2025 mendatang.

Pembantaian Nanjing terjadi ketika pasukan Jepang merebut ibu kota Tiongkok saat itu pada 13 Desember 1937. Selama enam minggu, mereka membunuh sekitar 300.000 warga sipil dan tentara tak bersenjata Tiongkok dalam salah satu episode paling biadab dalam Perang Dunia II.

Komentar

Berita Lainnya

Dengan sejarah lebih dari 2 Sosial Budaya

Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB

banner
roduksi kapas di Xinjiang mencapai 5 Sosial Budaya

Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB

banner
Alunan biola Sosial Budaya

Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB

banner
Meliputi area seluas 180 Sosial Budaya

Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB

banner
Dalam edisi keempatnya Sosial Budaya

Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB

banner