BUSAN, Radio Bharata Online - Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam pertemuannya dengan Presiden AS Donald Trump di Busan, Republik Korea, pada hari Kamis mengatakan, dalam menghadapi angin, gelombang, dan tantangan, kita harus tetap berada di jalur yang benar, mengarungi lanskap yang kompleks, dan memastikan pelayaran yang stabil, bagi kapal raksasa hubungan Tiongkok-AS.

Pernyataan Presiden Xi ini, sepenuhnya mencerminkan tekad strategis Tiongkok. 

Perbedaan dan gesekan antara Tiongkok dan AS, merupakan hal yang lumrah dan normal, namun harus dikelola dengan pemahaman yang jelas untuk mencegah eskalasi konflik, yang dapat mengganggu gambaran yang lebih luas.  Menurut Presiden Xi, “kapal raksasa" hubungan Tiongkok-AS tidak boleh terbalik.

Di balik ketenangan strategis Tiongkok terdapat prinsip "tidak pernah menantang siapa pun, tetapi berfokus pada pelaksanaan tugas kita sendiri dengan baik." Ini berarti mempertahankan jalur pembangunan yang independen dan mandiri, berfokus pada tujuan kita sendiri, dan tidak terpengaruh oleh gangguan eksternal.

Bila diibaratkan, perekonomian Tiongkok bagaikan lautan, bukan kolam kecil. Tiongkok juga memiliki keyakinan dan kekuatan untuk menentukan arahnya sendiri. Dengan posisi kuncinya dalam rantai pasokan global dan pengaruhnya yang semakin besar, Tiongkok secara bertahap mendapatkan inisiatif strategis.

Peremajaan Tiongkok dan tujuan Presiden AS Donald Trump untuk "Making America Great Again (Membuat Amerika Hebat Kembali)" bukanlah hal yang saling bertentangan. Faktanya, kerja sama jauh lebih menguntungkan kepentingan jangka panjang kedua Negara, daripada konfrontasi.

Sebagai negara berkembang terbesar di dunia dan negara maju terbesar, skala ekonomi, tahapan pembangunan, dan perbedaan kelembagaan antara Tiongkok dan AS, dengan jelas menunjukkan bahwa kerja sama menguntungkan kedua belah pihak, sementara konfrontasi merugikan kedua belah pihak. 

Sejalan dengan itu, Presiden AS Donald Trump juga menyatakan, bahwa "Tiongkok adalah mitra terbesar Amerika Serikat."

Dari menyebut Tiongkok sebagai "pesaing" dalam beberapa konteks, hingga menyebutnya "mitra terbesar" saat ini, pesan yang mendasarinya jelas: hubungan Tiongkok-AS sedang bergeser dari pemisahan, menuju kerja sama.  (CGTN)