Minggu, 17 April 2022 1:41:22 WIB
Tragedi Sistematis AS Berlanjut
Sosial Budaya
Agsan
ilustrasi, State Capitol - CRI
CRI online - Belum lama yang lalu, Profesor Amy Wax dari Akademi Ilmu Hukum Universitas Pensylvania AS secara blak-blakan melontarkan perkataan bengis dengan menyerang imigran India dan menyebut negeri asalnya “kakus kotoran”. Wacana tersebut sangat mengejutkan, dan pantas disebut contoh lain lagi dari diskriminasi ras yang diderita oleh warga AS keturunan Asia.
Bukankah AS selalu menyombongkan dirinya sebagai negara yang menjunjung “prinsip kesetaraan seluruh masyarakat di hadapan hukum”? Dari mana asalnya keberanian Amy Wax yang dengan semena-mena mengkhotbahkan rasialisme? Pertanyaan tersebut sudah terjawab dalam sebuah laporan survei yang dirilis Balai Riset HAM Tiongkok (CSHRS).
Laporan dengan judul Hakikat Rasialis Sosial AS Yang Semakin Marak dengan Diskriminasi Anti Warga Asia-Amerika telah mengungkapkan sifat AS sebagai negara Protestan Anglo-Saxon. Warga Asia-Amerika sama seperti etnis-etnis minoritas lainnya selalu dirugikan di berbagai aspek terkait hak asasi manusia.
Dicaci maki, dipukul, ditembak... itulah pengalaman yang diderita warga Asia-Amerika, dan sebab langsungnya ialah manipulasi rasialisme para politikus AS terhadap pandemi COVID-19. Dilihat dari asal usulnya, masyarakat Asia-Amerika dibenci dan dikucilkan karena AS adalah sebuah negara yang mempraktikkan supremasi kulit putih. Apalagi pada tahun-tahun terakhir ini, para politikus AS yang obsesi dengan mentalitas perang dingin terus menindas dan menindak perkembangan Tiongkok sehingga hubungan AS-Tiongkok terus memburuk, dan alhasilnya, seluruh masyarakat keturunan Asia, khususnya masyarakat Tionghoa di AS menghadapi diskriminasi ras yang semakin serius.
Kesemua itu ikut memupuk “puspa jahat” diskriminasi ras di AS. Para politikus Washington di satu pihak berteriak “HAM” dan “Impian AS”, namun di pihak lain mengayunkan tongkat pemukul diskriminasi untuk mengucilkan masyarakat etnis minoritas, bahkan dengan tidak segan-segan mengorbankan kepentingannya. Pandemi COVID-19 berperan “kaca pembesar” dalam hal ini, sehingga dunia dapat dengan jelas melihat betapa munafiknya wajah AS sebagai pembela HAM palsu.
“Bercak dari arwah AS”, itulah penggambaran Presiden AS Joe Biden terhadap rasialisme sistematis yang bercokol di masyarakat AS. Kesengsaraan masyarakat keturunan Asia adalah penghinaan bagi AS. Akan tetapi, kapan “puspa jahat” rasialisme dapat dicabut di AS, masih tinggal omong kosong belaka.
https://indonesian.cri.cn/2022/04/16/ARTIh3iuHdqLVF15raG2BLoZ220416.shtml
Komentar
Berita Lainnya
Dengan sejarah lebih dari 2 Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB

Popularitas bersepeda di Tiongkok telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 21:3:58 WIB

Umat Islam menampilkan Tari Rodat saat pawai memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H di Kampung Islam Kepaon Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:18:8 WIB

Pada tahun 2021 proporsi baiknya kualitas air perairan sungai Yangtze 97 Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB

Jumlah panda raksasa yang ditangkap di seluruh dunia telah mencapai 673 hampir dua kali lipat jumlah dari satu dekade lalu Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:28:3 WIB

roduksi kapas di Xinjiang mencapai 5 Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB

Alunan biola Sosial Budaya
Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB

Meliputi area seluas 180 Sosial Budaya
Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB

Dalam edisi keempatnya Sosial Budaya
Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB

Proyek digitalisasi Gua Kuil Mati yang menelan investasi sebesar 3 Sosial Budaya
Jumat, 28 Oktober 2022 12:8:17 WIB

Pemerintah Kota Shanghai Bekerjasama Dengan PBB Menggelar Berbagai Acara Untuk Merayakan Hari Kota Sedunia Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB
