Kamis, 19 Juni 2025 12:31:44 WIB
House of Tugu awalnya adalah sebuah rumah besar yang berganti kepemilikan dari abad ke abad
Sosial Budaya
Endro Maryono

House of Tugu, Kota Tua Jakarta (Bharata Online)
JAKARTA, Radio Bharata Online - Di tengah keramaian Kota Tua Jakarta, di antara deretan bangunan kolonial yang berdebu dan mengisahkan cerita sejarahnya masing-masing, berdiri satu bangunan yang menyimpan warisan budaya yang tak ternilai, itulah House of Tugu.
House of Tugu, Kota Tua Jakarta adalah Hotel dan Museum yang dibangun selama 15 tahun, untuk mendokumentasikan kembali kisah-kisah yang diceritakan oleh para leluhur keluarga Tugu Group, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tak banyak yang tahu bahwa gedung ini dulunya adalah kantor pusat Bataviase Kong Koan, organisasi resmi yang menaungi dan mewakili masyarakat Tionghoa di Batavia, pada masa kolonial Belanda. House of Tugu awalnya adalah sebuah rumah besar yang berganti kepemilikan dari abad ke abad.
Di loby bangunan ini terdokumentasikan kisah dari 500 tahun yang lalu, ketika seorang pedagang kaya raya yang eksentrik dan tertutup, membangun rumah yang sangat besar, di lokasi tempat Tugu Kota Tua sekarang berdiri. Dia dikenal tidak ramah terhadap pengunjung, sehingga membangun tembok tebal yang tinggi untuk melindungi harta miliknya. Dia memasang tanda di mana-mana di sekitar propertinya, sebagai Rumah Terlarang Batavia. Siapapun tidak boleh memasukinya. Namun, House of Tugu Jakarta kini telah membuka pintu-pintunya bagi siapa pun yang berkunjung dan memiliki minat terhadap sejarah.
Berbagai lukisan, foto, artefak, guci, ornamen dan tulisan kuno menghiasi dinding loby, masing-masing menyimpan kisah dan cerita masa lalu tentang tradisi, budaya dan peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di Nusantara. Pernak-pernik dengan warna merah dan emas dipilih untuk memancarkan energi, kemakmuran, dan keanggunan. Disini identitas Tionghoa tidak hanya dipajang, tapi benar-benar dihidupkan kembali.
Regional Sales & Marketing Manager Tugu Hotels & Restaurants,Rosiany T. Chandra, kepada Bharata Online Selasa (17/6) mengatakan, Hotel yang dikelola oleh Tugu Group ini mengusung visi-misi mengajak setiap tamu dan pengunjung baik dari luar negeri maupun dalam negeri untuk bisa ikut melestarikan kekayaan alam budaya Indonesia, yang bukan hanya dikenal karena kecantikan alamnya, tetapi juga tentang kekayaan budaya dan tradisi.
“Keberadaan House of Tugu Jakarta di daerah Kota Tua ini, tentunya kami berharap agar Kota Tua ini lebih bergema lagi, agar tamu-tamu maupun masyarakat mengetahui, bahwa disinilah dulu terjadi denyut kota Batavia yang mana merupakan pusat perdagangan,” ujarnya.
Daya tarik terbesar House of Tugu Jakarta adalah kamar-kamar tematik yang unik, sarat makna dan kaya kisah sejarah. Misalnya, Ruang Raden Adjeng Kasinem. Raden Adjeng Kasinem sendiri adalah seorang Putri Ningrat dari Jawa yang menikah dengan Oei Tiong Ham, saudagar muda kaya raya asal Tiongkok pada zaman dahulu.
Dari perkawinan Raden Adjeng Kasinem dan Oei Tiong Ham inilah muncul istilah Budaya Peranakan, yakni perpaduan budaya suku Jawa asli dengan etnis Tionghoa. Saat menikah, Oei Tiong Ham berumur 17 tahun, sedangkan Raden Adjeng Kasinem sembilan tahun lebih tua. Sementara tanggal pernikahan mereka tidak diketahui secara pasti.
Sebagai istri konglomerat, Raden Ajeng Kasinem hobi mengoleksi berbagai barang antik, yang akhirnya menjadi warisan turun-temurun. Raden Adjeng Kasinem juga adalah buyut pendiri grup House of Tugu. Itu sebabnya banyak warisan keluarga yang menjadi koleksi di hotel ini.
Lalu ada pula Charlie Chaplin Room, yang menyimpan memorabilia kunjungan sang komedian Inggris itu ke Garut dan Bogor pada tahun 1927. Kedatangan Chaplin di Hindia Belanda saat itu disponsori oleh salah satu perusahaan Oei Tiong Ham, sebagai distributor film-film Hollywood. Ruangan ini memberi gambaran tentang bagaimana interaksi lintas budaya, termasuk antara selebriti Barat dan masyarakat Tionghoa serta tradisi lokal, telah terjadi jauh sebelum era modern.
Selain itu masih banyak ruangan lain yang menyimpan sejarahnya masing-masing, seperti Ruang Soekarno, Ruang Raden Saleh, Oei Tiong Ham Suites, Nyonya Besar Suites, Selir Suite, River View Suite, dan sebagainya.
Komentar
Berita Lainnya
Dengan sejarah lebih dari 2 Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB

Popularitas bersepeda di Tiongkok telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 21:3:58 WIB

Umat Islam menampilkan Tari Rodat saat pawai memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H di Kampung Islam Kepaon Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:18:8 WIB

Pada tahun 2021 proporsi baiknya kualitas air perairan sungai Yangtze 97 Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB

Jumlah panda raksasa yang ditangkap di seluruh dunia telah mencapai 673 hampir dua kali lipat jumlah dari satu dekade lalu Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:28:3 WIB

roduksi kapas di Xinjiang mencapai 5 Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB

Alunan biola Sosial Budaya
Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB

Meliputi area seluas 180 Sosial Budaya
Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB

Dalam edisi keempatnya Sosial Budaya
Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB

Proyek digitalisasi Gua Kuil Mati yang menelan investasi sebesar 3 Sosial Budaya
Jumat, 28 Oktober 2022 12:8:17 WIB

Pemerintah Kota Shanghai Bekerjasama Dengan PBB Menggelar Berbagai Acara Untuk Merayakan Hari Kota Sedunia Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB
