Sabtu, 3 Oktober 2020 1:59:21 WIB

Twitter Larang Warganet Doakan Donald Trump Meninggal karena Covid-19
Sosial Budaya

Angga Mardiansyah - Radio Bharata

banner

Presiden AS Donald Trump berjalan dari Marine One setelah tiba di South Lawn Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat pada 1 Oktober 2020. [SAUL LOEB / AFP]

Fenomena jagat dunia maya dimana warganet ramai-ramai mendoakan kematian Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membuat perusahaan layanan jejaring sosial Twitter buka suara.

Menyadur The Guardian, Sabtu (3/10/2020), Twitter telah memasukan cuitan yang mengharapkan kematian Donald Trump karena terinfeksi virus Corona dalam kategori melanggar kebijakan.

Donald Trump saat ini tengah menjalani perawatan akibat terinfeksi virus Corona. Dia mengumumkan kabar tersebut lewat Twitter pada Jumat (2/10/2020).

Sehari berselang, sang Preisden ke-45 Amerika Serikat itu dikabarkan mengalami gejala ringan hingga demam.

Pihak Gedung Putih pun memutuskan untuk menerbangkan Donald Trump dan sang istri, Melania Trump yang juga positif Covid-19 ke pusat medis Walter Reed.

Banyak pihak yang berdoa Donald Trump dan keluarga bisa cepat pulih. Harapan itu turut dilontarkan lawan politiknya dalam kancah pemilihan presiden, Joe Biden.

Namun, di media sosial, banyak orang yang mengharapkan sebaliknya. Warganet berharap Donald Trump meninggal karena virus Corona.

Twitter mengonfirmasi dalam sebuah tweet pada Jumat bahwa cuitan seperti itu melanggar "kebijakan Perilaku yang Menyesatkan" yang mereka terapkan.

"Tweet yang menginginkan atau mengharapkan kematian, cedera tubuh yang serius atau penyakit fatal terhadap siapa pun tidak diizinkan dan perlu dihapus," kata Twitter dalam sebuahcuitan.

Seorang juru bicara mengatakan kepada The Guardian bahwa kebijakan ini telah diterapkan sejak April dan berlaku untuk semua pengguna, tidak hanya Trump.

Pengumuman itu mengejutkan banyak pengguna Twitter, terutama orang-orang di komunitas terpinggirkan yang mengatakan bahwa mereka sering mengalami pelecehan di platform tersebut.

Evan Greer mengatakan bahwa sebagai wanita trans dan juru bicara utama organisasi hak digital Fight For the Future, dia menerima ancaman pembunuhan "mingguan, terkadang setiap hari".

"Keputusan untuk tiba-tiba menegakkan kebijakan ini menggarisbawahi bahwa keputusan moderasi konten yang terpusat dengan monopoli Big Tech akan selalu melindungi yang kuat dan membungkam yang terpinggirkan," kata Greer.

Seorang juru bicara dari perusahaan mengatakan kepada Motherboard bahwa mereka menangguhkan beberapa pengguna tetapi tidak akan menindaklanjuti setiap tweet.

"Kami memprioritaskan penghapusan konten jika ada ajakan bertindak yang jelas yang berpotensi menyebabkan bahaya di dunia nyata," kata juru bicara tersebut.

Banyak orang di Twitter menggambarkan kebijakan tersebut sebagai munafik, dan menunjukkan bahwa beberapa pengguna secara teratur menerima ancaman pembunuhan dengan sedikit tanggapan dari Twitter.

suara.com

Komentar

Berita Lainnya

Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya

Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB

banner
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya

Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB

banner