Auckland, Bharata Online - Selandia Baru sedang mengembangkan generasi baru pengobatan kanker yang sangat menjanjikan, bekerja sama dengan para ilmuwan Tiongkok. Program penelitian bersama ini dibentuk sebagai bagian dari Prakarsa Sabuk dan Jalan Tiongkok.

Kanker merupakan penyebab utama kematian di Selandia Baru, dan banyak orang dengan penyakit darah lanjut, seperti limfoma dan leukemia, terpaksa bepergian ke luar negeri untuk menjalani perawatan pribadi yang mahal. Para peneliti berharap pengembangan terapi sel T CAR "generasi ketiga" yang baru dapat mengubah hal tersebut.

"Kita dapat menurunkan biaya dan memperbaiki profil efek samping, sehingga berpotensi dapat diakses oleh kelompok pasien yang jauh lebih besar daripada mereka yang mengakses pengobatan ini saat ini," kata Robert Weinkove, Direktur Klinis Malaghan Institute of Medical Research.

Terapi sel T CAR melibatkan modifikasi genetik sel imun pasien untuk mengenali dan menghilangkan sel kanker. Biayanya mencapai setengah juta dolar AS (sekitar 8,3 miliar rupiah). Perawatan yang dirancang oleh Malaghan Institute telah dimekanisasi agar lebih hemat biaya.

"Kami ingin menjadikannya standar perawatan. Jadi, pada dasarnya, kami ingin layanan ini tersedia melalui sistem kesehatan masyarakat bagi setiap pasien yang membutuhkannya," ujar Mike Zablocki, Direktur Pelaksana Malaghan Institute of Medical Research.

Penelitian ini dimungkinkan setelah Tiongkok membagikan cetak biru terapi sel T CAR. Kolaborasi antara kedua negara telah menghasilkan pendaftaran hampir 30 hak kekayaan intelektual untuk pengobatan kanker di seluruh dunia.

"Ini benar-benar kolaborasi dua arah. Bukan hanya Tiongkok yang membawa teknologi ini ke Selandia Baru, tetapi mitra Selandia Baru juga memberikan manfaat bagi Tiongkok," kata Raymond Wu, Manajer Bisnis Wellington Zhaotai Therapies.

Pengusaha asal Auckland, David Downs, seorang penyintas kanker yang pergi ke Amerika Serikat dengan biaya besar untuk pengobatan sel T CAR, mengatakan bahwa ia sepenuhnya mendukung kolaborasi dengan Tiongkok.

"Penting untuk memiliki terapi lokal di Selandia Baru karena pada dasarnya kita tidak bisa bergantung pada negara lain yang membawa perawatan medis mereka ke Selandia Baru," tutur Downs.

Penelitian awal untuk terapi sel T CAR Selandia Baru dimulai di Universitas Auckland sebagai bagian dari laboratorium gabungan Tiongkok-Selandia Baru yang bertujuan untuk memperdalam dan memperluas kolaborasi ilmiah.

Penelitian bersama ini telah menghasilkan pengembangan obat antikanker lain yang menjanjikan, yaitu LX-132, yang kini sedang diuji coba di Tiongkok untuk mengobati tumor padat stadium lanjut seperti kanker lambung.

"Kami berharap obat kami akan lebih baik daripada yang sudah ada, sedikit kurang toksik, sedikit lebih efektif, dan mungkin sedikit lebih aktif pada lebih banyak kanker daripada yang sudah ada," kata Jeff Smaill, Peneliti Asosiasi di Maurice Wilkins Center, sebuah pusat penelitian di negara tersebut.

Usaha patungan Selandia Baru dengan Hunan Zhaotai Medical Group Tiongkok telah menghasilkan perjanjian lisensi di India untuk terapi sel T CAR.

"Kami berharap dapat melakukan uji klinis di India sebelum akhir tahun ini, dan dari sana ke seluruh dunia, semoga saja," kata Zablocki.

Tujuan utamanya adalah pengobatan kanker yang lebih terjangkau dan mudah diakses.

"Banyak negara sedang berjuang dengan terapi baru, dan sangat penting bagi kami untuk memiliki sejumlah besar perawatan baru ini agar kami dapat menemukan yang terbaik untuk negara kami," ujar Weinkove.

Kolaborasi dengan Tiongkok juga telah mendorong lebih banyak pendanaan penelitian.

"Ini telah membuka aliran pendanaan baru bagi para ilmuwan Selandia Baru. Ini merupakan bagian yang sangat penting dalam menjaga keberlanjutan tempat ini dan melakukan penelitian yang sukses," kata Smaill.

Bagi warga Selandia Baru yang tidak mampu membayar perawatan mahal di luar negeri, hal itu bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati.