Beijing, Bharata Online - Total impor dan ekspor barang Tiongkok dalam denominasi yuan naik menjadi 37,31 triliun yuan (sekitar 87.488 triliun rupiah) dalam 10 bulan pertama tahun 2025, naik 3,6 persen secara tahunan, menurut data dari Administrasi Umum Kepabeanan atau General Administration of Customs (GAC) pada hari Jumat (7/11).
Selama periode ini, ekspor Tiongkok mencapai 22,12 triliun yuan (sekitar 51.869 triliun rupiah), menandai peningkatan sebesar 6,2 persen. Impor mencapai 15,19 triliun yuan (sekitar 35.620 triliun rupiah), dengan impor minyak mentah dan bijih logam masing-masing meningkat sebesar 3,1 persen dan 4,6 persen.
Selain itu, nilai impor produk elektromekanis tumbuh sebesar 5,5 persen, yang mencapai 40 persen dari total nilai impor.
Perdagangan dengan negara-negara peserta Prakarsa Sabuk dan Jalan mencapai 19,28 triliun yuan (sekitar 45.211 triliun rupiah), meningkat 5,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan menyumbang 51,7 persen dari total perdagangan luar negeri Tiongkok.
Sementara itu, perusahaan swasta mencatat perdagangan sebesar 21,28 triliun yuan (sekitar 49.901 triliun rupiah), tumbuh 7,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada bulan Oktober 2025, perdagangan luar negeri Tiongkok mencapai 3,7 triliun yuan (sekitar 8.676 triliun rupiah), dengan ekspor sebesar 2,17 triliun yuan (sekitar 5.088 triliun rupiah) dan impor sebesar 1,53 triliun yuan (sekitar 3.588 triliun rupiah).
"Dalam sepuluh bulan pertama tahun ini, perdagangan luar negeri Tiongkok telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa meskipun menghadapi tantangan eksternal, dengan impor dan ekspor yang terus tumbuh selama sembilan bulan berturut-turut—sebuah pencapaian yang mengesankan. Sidang pleno keempat Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok ke-20 menekankan perlunya mengoptimalkan dan meningkatkan perdagangan barang, memperluas perdagangan perantara, dan mempromosikan perdagangan hijau. Langkah-langkah ini akan menyuntikkan vitalitas dan momentum yang lebih besar ke dalam perkembangan inovatif perdagangan luar negeri Tiongkok," ujar Lyu Daliang, Direktur Departemen Statistik dan Analisis GAC.