Rabu, 1 Maret 2023 9:53:34 WIB
Media lokal melaporkan
International
Endro

Air yang terkontaminasi mungkin mengandung sejumlah besar radioaktif karbon-14 dan isotop radioaktif lainnya. Dibutuhkan puluhan atau bahkan ratusan ribu tahun untuk beberapa isotop atom meluruh. (Global Times)
JAKARTA, Radio Bharata Online - Tragedi reaktor nuklir di Fukushima, Jepang akibat gempa 5 Desember 2011, menyebabkan kebocoran serius. Akibatnya, air radioaktif dari reaktor mengalir ke laut bebas. Hal itu memicu krisis kontaminasi nuklir.
Tokyo Electric Power Company (TEPCO), operator dari reaktor tersebut menyatakan, bahwa sekitar 45 ton air yang terkontaminasi dengan zat radioaktif cesium dan yodium, telah mengalir ke laut dari sistem selokan yang juga terkontaminasi dari unit kondensasi.
Air yang bocor tersebut mengandung radioaktif caesium 134 sekitar 16.000 becquerels per liter, dan cesium 137 sekitar 29.000 becquerels, yang melebihi batas keselamatan.
Media lokal melaporkan, air yang terkontaminasi juga mungkin mengandung zat-zat radioaktif lain seperti strontium, yang dapat menyebabkan kanker tulang pada manusia. Dan jumlah air terkontaminasi terus bertambah.
Hampir 12 tahun berlalu, bencana nuklir Fukushima masih menyisakan 'warisan' dengan dampak yang sangat mengkhawatirkan.
Banyak orang khawatir bahwa proses pembersihan terhadap area yang terpapar radiasi nuklir bisa memakan waktu bertahun-tahun. Tetapi, para ahli telah memperingatkan bahwa itu bisa menjadi lebih buruk daripada yang bisa dibayangkan.
Perkiraan saat ini, area itu bisa bersih selama sekitar empat dekade, dan itu jika kita tidak melihat komplikasi baru dari dampak sampingan yang akan terjadi.
Itu menciptakan masalah besar bagi Jepang, karena hal tersebut adalah pengurasan jangka panjang pada perekonomian mereka, menciptakan rasa ketidakpercayaan yang konstan, dan menyulitkan orang untuk percaya pada teknologi nuklir.
Saat ini ada lebih dari 1.000 tangki penampungan air terkontaminasi di lokasi Fukushima. Menangani masalah limbah ini, salah satu pilihan kontroversial, termasuk dekontaminasi air sebanyak mungkin, dan kemudian secara bertahap melepaskannya ke laut.
Tapi nelayan lokal menolak gagasan tersebut, karena khawatir akan berdampak buruk terhadap reputasi produk mereka. (GT)
Komentar
Berita Lainnya
Peng Liyuan menyerukan upaya global untuk mendorong pendidikan bagi anak perempuan dan perempuan ke arah yang lebih adil lebih inklusif dan lebih berkualitas dan kontribusi untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan global dan membangun komunitas dengan masa depan bersama untuk manusia International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB

Presiden RI Joko Widodo memuji gaya kepemimpinan Presiden Tiongkok International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB

Forum Pangan Dunia ke-2 yang dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

Giorgia Meloni International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB

Sebuah insiden kebakaran terjadi di Gunung Kilimanjaro di Tanzania International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB

Serangan udara oleh militer Myanmar menewaskan lebih dari 60 orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB
