Rabu, 11 Desember 2024 10:29:0 WIB
COP16: Tiga Perempat Daratan Global 'Semakin Kering Secara Permanen'
International
Endro

Peringatan itu disampaikan selama pertemuan 12 hari di Riyadh. (File)
RIYADH, Radio Bharata Online - Dalam tiga dekade terakhir, lebih dari 75 persen daratan dunia telah menjadi "semakin kering secara permanen". Sebuah laporan yang didukung PBB yang bertepatan dengan pembicaraan COP16 tentang penggurunan di Arab Saudi, mengatakan pada hari Senin, bahwa luas lahan kering sekarang mencakup sekitar 40 persen dari daratan Bumi, tidak termasuk Antartika.
Studi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Memerangi Penggurunan (UNCCD), memperingatkan bahwa pergeseran tersebut dapat memengaruhi hingga lima miliar orang pada tahun 2100.
Laporan itu menunjukkan "ancaman eksistensial" yang ditimbulkan oleh tren yang tampaknya tak dapat diubah, dan menunjukkan bahwa lahan kering, wilayah yang sulit untuk bertani, meningkat sebesar 4,3 juta kilometer persegi (1,7 juta mil persegi) antara tahun 1990 dan 2020, ini adalah sepertiga luas India.
Peringatan itu disampaikan dalam pertemuan 12 hari di Riyadh yang dimulai minggu lalu, untuk sesi ke-16 Konferensi Para Pihak (COP16) di bawah UNCCD, dan berupaya melindungi dan memulihkan lahan, serta menanggapi kekeringan di tengah perubahan iklim yang sedang berlangsung.
Kekeringan dan kekurangan air kronis, sekarang meluas lebih dari 40,6 persen daratan Bumi, sekali lagi tidak termasuk Antartika, dibandingkan dengan 37,5 persen 30 tahun lalu.
Laporan itu juga memperingatkan wilayah yang paling terdampak termasuk negara-negara yang berbatasan dengan Mediterania, Afrika selatan, Australia selatan, dan wilayah tertentu di Asia dan Amerika Latin.
Ibrahim Thiaw, Sekretaris Eksekutif UNCCD mengatakan, tidak seperti kekeringan periode sementara dengan curah hujan rendah, kekeringan 30 tahun ini merupakan transformasi permanen dan tak henti-hentinya.
Iklim yang lebih kering, yang kini memengaruhi daratan luas di seluruh dunia, tidak akan kembali seperti semula. Menurutnya, perubahan ini secara signifikan telah mendefinisikan ulang kehidupan di Bumi. (CGTN)
Komentar
Berita Lainnya
Politisi Jerman Kritik Parlemen Eropa karena Tetap Operasikan Dua Kompleksnya di Tengah Krisis Energi International
Jumat, 7 Oktober 2022 8:37:55 WIB

Patung Kepala Naga dari Batu Pasir Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Taman Angkor Kamboja International
Jumat, 7 Oktober 2022 16:2:20 WIB

Tiga Ekonom Internasional Raih Hadiah Nobel Ekonomi 2022 International
Selasa, 11 Oktober 2022 12:41:19 WIB

Peng Liyuan serukan upaya global untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuan International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB

Sekjen PBB Serukan Cakupan Sistem Peringatan Dini Universal untuk Bencana Iklim International
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:59:46 WIB

Jokowi Puji Kepemimpinan Xi Jinping: Dekat dengan Rakyat, Memahami Betul Masalah yang Dihadapi Rakyat International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

Australia Janji Pasok Senjata Buat Indonesia International
Jumat, 21 Oktober 2022 9:11:43 WIB

AS Pertimbangkan Produksi Senjata Bersama Taiwan International
Sabtu, 22 Oktober 2022 9:6:52 WIB

Pemimpin Sayap Kanan Giorgia Meloni Jadi PM Wanita Pertama Italia International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB

Krisis Di Inggris Membuat Jutaan Warga Sengaja Tidak Makan Biar Hemat International
Minggu, 23 Oktober 2022 7:54:8 WIB

Gunung Kilimanjaro di Tanzania Dilanda Kebakaran International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB

Para Pemimpin Negara Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Kembali Xi Jinping International
Senin, 24 Oktober 2022 11:47:39 WIB

Menlu ASEAN Akan Gelar Pertemuan Khusus di Indonesia Bahas Myanmar International
Senin, 24 Oktober 2022 16:57:17 WIB

Konser di Myanmar Berubah Menjadi Horor Saat Serangan Udara Militer Tewaskan Sedikitnya 60 Orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB
