Jumat, 22 Maret 2024 13:3:3 WIB

Forum Demokrasi Internasional di Beijing Hormati Pemerintahan yang Beragam Ketika AS Memuji Sistem yang Rusak
International

Eko Satrio Wibowo

banner

Muhammad Asif Noor, Direktur Institut Perdamaian dan Diplomasi Pakistan (CMG)

Beijing, Radio Bharata Online - Para peserta forum mengatakan bahwa perayaan beragam bentuk pemerintahan di Forum Internasional tentang Demokrasi, yang dimulai pada hari Rabu (20/3) di Beijing, sangat kontras dengan standar sinis dan subyektif yang digembar-gemborkan pada KTT Demokrasi yang didukung AS.

AS menjadi tuan rumah KTT tersebut dua kali sejak tahun 2021, sedangkan sesi ketiga baru-baru ini diadakan di Seoul pada tanggal 18-20 Maret 2024. Pada acara tersebut, negara-negara dikategorikan berdasarkan kriteria yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi elektoral AS.

Para peserta forum di ibu kota Tiongkok dengan lantang mengecam inisiatif klasifikasi tersebut dan tindakan AS lainnya, mengkritiknya karena menerapkan standar ganda dan menunjukkan tingkat arogansi.

"AS selalu memberikan sanksi, melarangnya atas nama demokrasi. Setiap negara memiliki sistem pemerintahannya masing-masing. Masyarakatnya berbeda satu sama lain. Jadi, kita harus menghormati keinginan atau keinginan masyarakat, sistem pemerintahan seperti apa yang mereka inginkan di negara mereka sendiri," kata Muhammad Asif Noor, Direktur Institut Perdamaian dan Diplomasi Pakistan.

Yang perlu diperhatikan, kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi di AS semakin berkurang, dengan hanya 28 persen masyarakat Amerika yang menyatakan kepuasan terhadap sistem demokrasi mereka, menurut jajak pendapat Gallup yang dirilis pada bulan Januari tahun ini, yang menandai rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat.

Ong Tee Keat, mantan wakil ketua majelis rendah Parlemen Malaysia, menyoroti kelemahan yang semakin mencolok dalam pemerintahan AS dalam pidatonya di forum di Beijing.

"Adegan menyedihkan yang ada di mana-mana berupa penyalahgunaan obat-obatan terlarang, kemelaratan yang ditimbulkan oleh para gelandangan jalanan, dan penjarahan toko-toko yang mengatasnamakan 'zero-dollar shopping' di beberapa kota di Amerika, bagaimanapun, telah memperlihatkan kepada dunia disfungsionalitas pemerintahan demokratis di sana. Transplantasi demokrasi elektoral yang kohesif, baik melalui intervensi militer atau perubahan rezim yang brutal seperti yang diprakarsai oleh Washington di negara-negara berkembang, hanya menambah daftar negara-negara gagal dan bencana kemanusiaan yang terjadi di daftar tersebut," jelasnya.

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner