Kamis, 2 Mei 2024 11:48:59 WIB

Mantan PM Prancis Mengulas 60 Tahun Hubungan Diplomatik Tiongkok-Prancis
International

Eko Satrio Wibowo

banner

Laurent Fabius, mantan menteri luar negeri dan perdana menteri Prancis (CMG)

Prancis, Radio Bharata Online - Seiring dengan peringatan 60 tahun berdirinya hubungan diplomatik antara Tiongkok dan Prancis tahun ini, politisi terkenal Prancis, Laurent Fabius, berbagi refleksi mengenai 60 tahun kemitraan abadi antara kedua negara dan menyerukan untuk terus berkolaborasi dalam menghadapi tantangan global.

Sepanjang karir politiknya yang telah berlangsung selama puluhan tahun, Fabius telah menduduki berbagai jabatan tinggi, termasuk menteri luar negeri dan perdana menteri Prancis. Sejak tahun 2016, ia telah menjadi presiden Dewan Konstitusi Prancis. Selama karirnya, ia telah secara aktif mempromosikan pertukaran persahabatan antara kedua negara.

"Saya masih memiliki kenangan yang jelas tentang dua kunjungan ke Prancis yang dilakukan oleh Presiden Xi Jinping, terutama kunjungan pada tahun 2014 ketika saya menjabat sebagai menteri luar negeri (Prancis) pada waktu itu, jadi saya memiliki kesempatan untuk menerimanya di bandara. Kemudian, saya menemani Presiden Macron ke Tiongkok, di mana saya bertemu Presiden Xi lagi, dan dia sangat mengesankan saya. Sejak saat itu, saya juga mengunjungi Tianjin dan Universitas Nankai beberapa kali, di mana saya dianugerahi gelar doktor kehormatan. Semua pengalaman ini meninggalkan kenangan indah bagi saya," ujar Fabius dalam sebuah wawancara dengan China Central Television sebelum kunjungan kenegaraan Xi ke Prancis yang dijadwalkan pada tanggal 5 Mei 2024.

Xi akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Prancis, Serbia, dan Hongaria dari tanggal 5 hingga 10 Mei 2024, atas undangan Presiden Emmanuel Macron dari Prancis, Presiden Aleksandar Vucic dari Serbia, serta Presiden Tamas Sulyok dan Perdana Menteri Viktor Orban dari Hongaria, demikian menurut Kementerian Luar Negeri pada hari Senin (29/4).

Fabius telah mengunjungi Tiongkok beberapa kali dan memiliki kesan yang baik terhadap perkembangan Tiongkok, terutama upaya-upaya yang dilakukan Tiongkok dalam pengentasan kemiskinan.

"Tiongkok telah mengalami transformasi yang luar biasa selama bertahun-tahun. Membandingkan Tiongkok di tahun 2024 dengan Tiongkok di tahun 1964, enam dekade yang lalu, seperti melihat dua dunia yang berbeda. Pencapaian yang paling mengesankan dalam pikiran saya adalah upaya pengentasan kemiskinan Tiongkok. Tiongkok telah membuat kemajuan yang luar biasa dalam pengentasan kemiskinan, yang merupakan pencapaian yang luar biasa," kata Fabius.

Ia menyatakan bahwa Prancis dan Tiongkok, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, merupakan rumah bagi peradaban terbesar di dunia yang memiliki persamaan dan perbedaan. Menurut Fabius, dalam menghadapi tantangan global, Prancis dan Tiongkok harus mencari kesamaan sambil mengesampingkan perbedaan.

"Enam puluh tahun yang lalu, Prancis menjadi negara besar Barat pertama yang mengakui Republik Rakyat Tiongkok, yang merupakan langkah berani pada saat itu. Dan sejak saat itu, hubungan bilateral telah terjalin erat, memungkinkan Prancis dan Tiongkok untuk bersama-sama mengatasi masalah-masalah global utama, terutama situasi dengan ketegangan dan risiko perang. Prancis dan Tiongkok perlu melakukan upaya bersama dan memanfaatkan pengaruh mereka untuk mencari solusi atas berbagai masalah, yang merupakan sikap proaktif dan perlu ditegakkan," kata Fabius.

Ia kemudian mengatakan bahwa dunia saat ini telah mengalami perubahan yang luar biasa dibandingkan dengan masa lalu. Menurutnya, kedua negara harus menjunjung tinggi multilateralisme, bergandengan tangan untuk bekerja sama, dan bersama-sama menjadi benteng bagi perdamaian dan pembangunan dunia.

"Kita berada di tengah-tengah masa yang sulit, mungkin jauh lebih sulit dibandingkan dengan 10 tahun, 15 tahun, atau bahkan 20 tahun yang lalu, dengan berbagai kawasan yang menghadapi ketegangan yang meningkat dan banyak masalah yang belum terselesaikan, beberapa di antaranya cukup serius. Saya pikir negara-negara yang memiliki pengaruh harus tetap bersatu untuk menyelesaikan masalah-masalah ini. Kita harus mengandalkan multilateralisme. Dan itu adalah kunci untuk menjadi mandiri dengan multilateralisme dan pembangunan berkelanjutan, yang sangat penting. Dan ini juga merupakan alasan mengapa Prancis dan Tiongkok perlu bekerja sama. Kami tidak setuju dengan isu-isu tertentu, karena kami berbeda dalam hal kondisi nasional dan sistem kelembagaan. Namun yang paling penting adalah menaklukkan perbedaan-perbedaan ini. Prancis dan Tiongkok akan menjadi benteng kerjasama untuk perdamaian dan pembangunan dunia," jelas Fabius.

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner