Jumat, 26 April 2024 12:40:27 WIB

Jubir: Tiongkok akan Terus Berkontribusi dalam Mewujudkan Dunia Bebas Malaria
Tiongkok

Eko Satrio Wibowo

banner

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin (CMG)

Beijing, Radio Bharata Online - Tiongkok akan terus mengerahkan upaya dalam mewujudkan dunia yang bebas dari malaria, demikian ditegaskan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin, pada hari Kamis (25/4) yang merupakan Hari Malaria Sedunia ke-17.

Wang menyampaikan upaya-upaya Tiongkok dalam memerangi malaria dalam sebuah konferensi pers di Beijing.

"Malaria adalah tantangan kesehatan masyarakat yang utama dan ancaman bagi kehidupan manusia. Tiongkok, yang pernah dilanda malaria, memiliki sekitar 30 juta kasus malaria pada tahun 1940. Dengan upaya tanpa henti, Tiongkok berhasil menurunkan angka tersebut menjadi nol dan dianugerahi sertifikasi bebas malaria dari WHO pada tahun 2021. Tiongkok adalah negara pertama yang menemukan dan mengekstrak artemisinin, senyawa inti dari obat antimalaria yang sangat efektif, yang telah menyelamatkan jutaan nyawa di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Strategi '1-3-7' Tiongkok secara resmi dimasukkan dalam dokumen teknis WHO dan diadopsi di seluruh dunia. Hal ini telah mempercepat eliminasi malaria di dunia," ujar Wang.

Juru bicara tersebut secara khusus menyampaikan upaya antimalaria Tiongkok di Afrika, tempat malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama.

"Selama bertahun-tahun, Tiongkok meluncurkan program antimalaria internasional berskala besar dengan artemisinin sebagai intinya, termasuk menyediakan obat-obatan dan bantuan teknis, mendirikan pusat antimalaria dan melatih personel. Di Afrika, terapi antimalaria, obat-obatan, dan pengalaman Tiongkok membawa harapan bagi penduduk setempat yang menderita malaria. Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah bekerja sama dengan WHO untuk meluncurkan proyek percontohan pencegahan dan pengendalian malaria di Tanzania dan secara efektif menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat malaria di sana. Tiongkok telah bekerja sama dengan Komoro untuk meluncurkan proyek pemberantasan malaria secara cepat dengan bantuan senyawa artemisinin. Tiongkok membantu mendirikan pusat pencegahan dan pengendalian malaria di Komoro, termasuk pusat di Pulau Moheli, yang membantu mengubah Komoro dari daerah dengan prevalensi tinggi menjadi daerah dengan prevalensi rendah dalam waktu singkat. Tiongkok sedang melaksanakan fase ketiga dari bantuan teknis antimalaria di Sao Tome dan Principe. Perusahaan farmasi Tiongkok berinvestasi di Kenya, Sudan, dan negara-negara lain dan membangun pabrik pembuatan obat untuk memungkinkan produksi lokal obat antimalaria berbasis artemisinin. Berdasarkan Pusat Kolaborasi WHO untuk Penelitian dan Pelatihan tentang Eliminasi Malaria, Tiongkok membantu melatih lebih dari 2.000 pejabat dan staf teknis untuk pencegahan dan pengendalian malaria dan penyakit menular lainnya dari 85 negara dan wilayah di Afrika dan tempat lainnya. Menurut WHO, sekitar 240 juta orang di sub-Sahara Afrika saja telah mendapatkan manfaat dari terapi kombinasi berbasis artemisinin," papar Wang.

"Tiongkok akan mengikuti visi membangun komunitas global kesehatan untuk semua dan terus menyumbangkan pengetahuan dan solusi Tiongkok untuk mewujudkan dunia yang bebas dari malaria," lanjutnya.

Komentar

Berita Lainnya