Nanning, Radio Bharata Online - Forum dan acara sampingan selama Expo Tiongkok-ASEAN ke-22, yang berlangsung di Nanning, Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, Tiongkok selatan, pada hari Kamis (18/9), berfokus pada pendalaman koordinasi regional dan peningkatan kerja sama lintas rantai industri dan pasokan antara Tiongkok dan negara-negara anggota ASEAN.

Pada expo tahun ini, perwakilan dari negara-negara peserta terlibat dalam diskusi tentang upaya memajukan pembangunan terkoordinasi antara Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan Kawasan Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN Versi 3.0 atau China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) Version 3.0.

Tiongkok dan ASEAN, yang memiliki kemitraan perdagangan yang terus berkembang, mengalami peningkatan volume perdagangan barang dari 515,45 miliar dolar AS (sekitar 8.580 triliun rupiah) pada tahun 2017 menjadi 982,34 miliar dolar AS (sekitar 16.353 triliun rupiah) pada tahun 2024.

"Dengan latar belakang maraknya unilateralisme dan tantangan terhadap sistem multilateral ekonomi dan aturan perdagangan internasional, kita harus sepenuhnya memanfaatkan peran penting RCEP, menghindari membangun tembok tarif yang tinggi atau membangun hambatan tersembunyi, mempertahankan tingkat keterbukaan yang tinggi dalam perdagangan dan investasi barang dan jasa, serta menyediakan lingkungan bisnis yang lebih baik dan stabil untuk kerja sama antarperusahaan dan kerja sama industri serta rantai pasokan," ujar Wang Xuekun, Kepala Akademi Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi Tiongkok, dalam sebuah forum.

"Saya pikir dialog seperti ini dapat sedikit lebih membantu kita dalam berkolaborasi. Kita dapat bertukar informasi dan berdiskusi tentang cara mengatasi tantangan, seperti masyarakat yang menua, yang dihadapi setiap negara di kawasan ini," ujar Tiranee Achalakul, Kepala dan CEO Big Data Institute di Thailand, kepada China Central Television (CCTV).

Pada Konferensi Kemitraan Industri dan Rantai Pasokan ASEAN Plus Tiga, yang juga dihadiri oleh Tiongkok, Jepang, dan Republik Korea, pada hari Kamis (18/9), lembaga keuangan Tiongkok meluncurkan platform yang bertujuan untuk mempromosikan pertukaran dan kerja sama di delapan sektor utama, termasuk manufaktur canggih, energi bersih, dan pertanian hijau.

"Kami menawarkan solusi keuangan yang komprehensif dan berupaya membangun rantai industri dan sistem rantai pasokan yang stabil dan tanpa hambatan, mendukung kerja sama terbuka, dan beroperasi secara efisien. Kami bertujuan untuk memperdalam kerja sama dengan lembaga keuangan dan perusahaan di negara-negara ASEAN dan bersama-sama menciptakan skenario kecerdasan buatan di bidang keuangan," ujar Fang Yi, Anggota Komite Partai Komunis Tiongkok dari Bank Industri dan Komersial Tiongkok Cabang Guangxi, kepada CCTV.

Sebuah laporan berjudul "Kerja Sama Industri dan Rantai Pasokan ASEAN Plus Tiga" juga dirilis pada acara tersebut, memberikan tinjauan komprehensif mengenai kemajuan regional dalam kolaborasi industri dan rantai pasokan. Laporan tersebut mendesak semua pihak untuk lebih memperkuat koordinasi mekanisme dan penyelarasan regulasi.