Beijing, Bharata Online - Membangun hubungan Tiongkok-Estonia yang matang, stabil, saling menghormati, dan saling menguntungkan sejalan dengan kepentingan bersama kedua negara dan memenuhi harapan rakyat mereka, ujar Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Estonia, Margus Tsahkna, pada hari Selasa (4/11) di Beijing.

Wang, yang juga anggota Biro Politik Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (PKT), mencatat bahwa Estonia adalah negara dengan sejarah yang kaya dan energi muda, dan bahwa rakyat Tiongkok dan Estonia berbagi tradisi persahabatan.

Wang menekankan bahwa Tiongkok selalu berpegang teguh pada prinsip bahwa semua negara, terlepas dari ukurannya, semuanya setara dalam mengembangkan hubungan bilateral. Ia mengatakan, Tiongkok adalah salah satu negara pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan Estonia, dan tahun depan akan menandai peringatan 35 tahun hubungan diplomatik Tiongkok-Estonia.

Terlepas dari perbedaan sejarah, budaya, dan kondisi nasional, Wang menekankan bahwa tidak ada masalah besar yang belum terselesaikan atau konflik kepentingan mendasar antara kedua negara.

Ia menambahkan bahwa keberhasilan Sidang Pleno Keempat Komite Sentral PKT ke-20 baru-baru ini telah menetapkan rencana strategis bagi pembangunan Tiongkok selama lima tahun ke depan.

Tiongkok akan terus memajukan reformasi yang mendalam, keterbukaan tingkat tinggi, dan pembangunan yang didorong oleh inovasi, menyuntikkan momentum yang kuat ke dalam proses modernisasinya dan menciptakan peluang yang signifikan bagi pembangunan negara-negara lain, ujar Wang.

Tiongkok memandang peringatan 35 tahun hubungan diplomatik dengan Estonia sebagai kesempatan untuk terus memupuk persahabatan, menjunjung tinggi fokus kemitraan, meningkatkan pertukaran di semua tingkatan, dan membangun kepercayaan politik, tambahnya.

Wang menyerukan kedua belah pihak untuk memperdalam kerja sama yang saling menguntungkan, mempromosikan pertukaran budaya dan antarmasyarakat, serta memperkuat momentum positif dalam hubungan bilateral.

Mengenai masalah Taiwan, Wang menegaskan kembali bahwa Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah Tiongkok. Ia menekankan bahwa tidak ada negara yang akan menoleransi pelanggaran kedaulatan dan integritas teritorialnya.

Menekankan bahwa prinsip Satu Tiongkok merupakan dasar politik bagi hubungan diplomatik Tiongkok dengan negara-negara lain, Wang mendesak Estonia untuk sepenuhnya memahami dan mendukung posisi sah Tiongkok serta menegakkan kebijakan Satu Tiongkok melalui tindakan nyata.

Wang juga mencatat bahwa tahun ini menandai peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Tiongkok-Uni Eropa. Ia mengatakan bahwa sejarah telah menunjukkan bahwa Tiongkok dan Eropa adalah mitra dan perbedaan sistem politik tidak berarti persaingan.

Menteri Luar Negeri Tiongkok itu mengatakan bahwa Tiongkok bersedia untuk merundingkan perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara Eropa, menyelaraskan Inisiatif Sabuk dan Jalan dengan inisiatif Gerbang Global Uni Eropa, dan berkolaborasi untuk mereformasi dan memperkuat sistem tata kelola global.

Wang juga menyatakan harapan bahwa Estonia akan memainkan peran konstruktif dalam membantu Eropa menilai kembali pemahamannya tentang Tiongkok dan mendekati hubungan Tiongkok-Eropa dengan saling menghormati dan keterlibatan yang rasional.

Menteri Luar Negeri Tsahkna mengatakan ia senang menjadi menteri luar negeri Estonia pertama yang mengunjungi Tiongkok dalam satu dekade.

Ia memuji perkembangan pesat Tiongkok, menyoroti komitmen Estonia terhadap kebijakan Satu Tiongkok, dan menyatakan kesediaan untuk meningkatkan pertukaran di semua tingkatan, memperdalam rasa saling percaya, dan mendorong kerja sama praktis untuk pertumbuhan bersama.

Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada Tiongkok atas perpanjangan kebijakan bebas visa bagi warga Estonia, sekaligus menyoroti manfaatnya bagi pertukaran budaya dan bisnis.

Tsahkna menegaskan kembali komitmen Estonia terhadap hukum internasional dan Piagam PBB, memuji dukungan Tiongkok terhadap multilateralisme, dan menyatakan kesediaan untuk berkolaborasi dalam isu-isu global seperti perubahan iklim.