Da Nang, Bharata Online - Para sarjana Tiongkok menyerukan perdamaian dan kerja sama terkait isu Laut Tiongkok Selatan pada Konferensi Internasional ke-17 tentang Laut Tiongkok Selatan, yang resmi dibuka pada hari Senin (3/11) di Da Nang, Vietnam.

Diselenggarakan oleh Akademi Diplomatik Vietnam, konferensi dua hari itu dihadiri lebih dari 300 peserta, termasuk lebih dari 50 pembicara dari lebih dari 30 negara, termasuk Tiongkok, Vietnam, Kamboja, dan Rusia. Lebih dari 100 tamu lainnya bergabung dalam acara ini secara virtual.

Para pembicara Tiongkok tersebut antara lain Bao Yinan, Peneliti Asosiasi di Institut Huayang untuk Kerja Sama Maritim dan Tata Kelola Kelautan, Zhao Minghao, Profesor dan Wakil Direktur di Pusat Studi Amerika Universitas Fudan, dan Lei Xiaolu, Profesor di Institut Studi Batas dan Kelautan.

"Tiongkok telah lama menekankan komitmennya untuk menjadikan Laut Tiongkok Selatan sebagai lautan perdamaian, kerja sama, dan persahabatan. Dalam presentasi saya di pertemuan tersebut, saya juga membahas Mahkamah Mediasi Internasional yang baru dibentuk. Saya menganalisis bagaimana memanfaatkan mekanisme pihak ketiga yang baru ini sebagai alat konstruktif untuk membantu meredakan perbedaan secara maksimal ketika negosiasi saja mungkin tidak sepenuhnya menyelesaikan sengketa tertentu di Laut Tiongkok Selatan," ujar Bao.

"Saya menekankan semakin besarnya peran Tiongkok dalam mendorong pembangunan regional dan kerja sama ekonomi. Isu keamanan seringkali berkaitan erat dengan isu ekonomi dan pembangunan. Mempromosikan kerja sama ekonomi dapat membantu meredakan ketegangan di sektor keamanan. Dengan memajukan kerja sama ekonomi maritim, termasuk pembangunan infrastruktur maritim, bantuan bencana, dan pembangunan infrastruktur yang tangguh, Tiongkok, sampai taraf tertentu, memainkan peran utama. Hal ini penting dalam mendorong stabilitas jangka panjang di Laut Tiongkok Selatan serta kawasan Asia-Pasifik yang lebih luas," jelas Zhao.

"Beberapa negara asing telah berupaya menekan Tiongkok agar menerima apa yang disebut putusan arbitrase Laut Tiongkok Selatan dengan memanipulasi (beberapa) negara tetangga kita untuk menekan Tiongkok atau memprovokasi perselisihan. Mereka melakukan ini untuk mengubah narasi regional menjadi narasi konfrontasi. Di forum ini, saya menyoroti bagaimana Tiongkok dan negara-negara ASEAN telah berupaya mengelola perselisihan dan membangun narasi positif yang berpusat pada kerja sama, saling menguntungkan, dan pembangunan bersama," ujar Lei.